3 Jun 2012

Asuhan Keperawatan Osteoblastoma


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OSTEOBLASTOMA

A.     Konsep Medis
1.      Anatomi fisiologi
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
a.       Proses pembentukan Tulang
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Proses osifikasi endokondral dimulai dengan ujung pada jaringan kartilago yang disebut sebagai “pusat osifikasi primer” yang terlihat sejak perkembangan periode fetal, walau beberapa tulang pendek memulai proses osifikasi setelah kelahiran. Proses osifikasi kedua terjadi setelah lahir dan membentuk epipisis dari tulang panjang dan tulang ekstremitas dari tulang iregular dan pipih. Baik diapisis maupun epipisis dari tulang panjang dipisahkan oleh bagian akrtilago (lempeng epipiseal). Saat anak sampai pada maturitas skeletal (usia 18 hingga 25 tahun), seluruh jaringan kartilago digantikkan dengan tulang, dengan jalan menyatukan diapisis dan epipisis
b.      Sel-sel Tulang
1)      Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
2)      Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.
3)      Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.
4)      Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.
2.      Pengertian
1)      Osteoblastoma merupakan tumor jinak osteoblastoma dengan daerah dan jaringan berklasifikasi(White dan pharoh).
2)      Oteoblastoma sebagai tumor  jinal yang membentuk tulang  dan osteoid vascular(Ahmed dan Nwoku).
3)      Osteoblastoma merupakan neoplasma tulang jinak yang tidak menyebar dan jarang terjadi pada rahang(Gordon dkk).
4)      Osteoblastoma merupakan jenis tumor jinak yang membentuk tulang dengan osteoid vascular dan jaringan terklasifikasi yang tidak menyebar dan jarang terjadi pada rahang.
5)      Osteoblastoma adalah suatu lesi jinak tulang yang merupakan tumor osteoblastik agresif, yang berarti bahwa hasil dalam deposisi tulang baru.
3.      Etiologi
Penyebab pasti osteoblastoma tidak diketahui. Tumor ini biasanya terjadi pada dekade kedua kehidupan, tetapi rentang pada pasien dengan usia sekitar 5 tahun sampai 45 tahun. Prevalensi osteoblastoma lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 3:1. Osteoblastoma ini menyerang vertebra dan tulang panjang. Tumor ini lebih besar daripada osteoid osteoma dan terletak pada tulang berongga. Tumor ini berwarna kemerahan, dan tampaknya granular sehingga dapat diangkat sebagai diagnosis.
4.      Epidemiologi
Oesteoblastoma paling sering terjadi pada orang dewasa dan muda. Dengan usia puncak kejadian pada umur 20 tahun an. Tumor paling umun terjadi pada dorsal tulang belakang pada metaphisis/diaphisis tulang panjang dan jarang terjadi pada pelvis. Di AS account oesteoblastoma sekitar 1%  dari semua tomur-tomur tulang primer . Usia rata-rata adalah 20 tahun dengan kisaran 6 bulan-75 thn. Resiko pasien pria:wanita adalah 2:1.

5.      Klasifikasi
Menurut tumor masyarakat stagging sistem muskuloskeletal (MSTS) tumor tulang jinak, oesteoblastoma kebanyakan stadium 2 lesi.
a.       Tahap 2 lesi dicirikan oleh karakteristik sitologi jinak, tetap intrakapsuler dan tidak bermetastasis.
b.      Stadium 3 oesteoblastoma, menghancurkan tulang jauh lebih agresif dan memperpanjang ekstracapsularry, arsitektur dan striktur histologis sel  tetap jinak.








6.      Patofisiologi



 



7.      Tanda dan gejala
a.       Nyeri
b.      Pembengkakan
c.       Atropi daerah yang terkena.
d.      Keterbatasan gerak.
e.       Kelemahan.
f.        Penurunan sensasi.
g.       Kekakuan otot

8.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Foto polos tulang
b.      Radionuklida.
c.       Rontgen dada
d.      CT scan tulang
e.       CT scan dada untuk melihat penyebaran ke paru-paru.
f.        Pemeriksaan dada termasuk kimia serum.
g.       Biopsi tumor. Biopsi tumor dilakukan untuk mendapatkan sample jaringan tumor dan diselanjutnya dikirim ke lab Patologi Anatomi (PA) : Gambaran patologisnya mirip dengan osteoid osteoma tetapi gambaran sel dan vaskularisasinya lebih menyolok.
h.       Screaning tulang untuk melihat penyebaran tumor.
9.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor jinak biasanya tidak terlalu sulit dibandingkan dengan tumor ganas. Penatalaksanaan yang dilakukan pada osteoblastoma adalah eksisi tumor, kemudian rongga yang terjadi diisi dengan tulang dari tempat lain.
a.       Operasi
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat tumor. Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah (berkisar dari eksisi local sampai amputasi disartikulasi). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi luas dengan teknik grafting restorative.
Prosedur mempertahankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan jaringan di sekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan prosthesis yang telah diukur artroplasti sendi total atau jaringan tulang dari klien sendiri (autograft), atau dari donor cadaver (alograft).
Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin memerlukangrafting akibat luasnya eksisi. Komplikasi yang mungkin timbul adalah infeksi, pelonggaran, atau dislokasi prosthesis, allograft non-union, fraktur, devitalisasi kulit dan jaringan lunak, fibrosis sendi, dan kambuhan tumor. Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung pada kemampuan memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Ketahanan dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang berupaya mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Eksisi tumor melalui operasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik :
1)      Intralesional atau intrakapsular
2)      Eksisi marginal. Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor di luar dari kapsulnya. Teknik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low grade malignancy.
3)      Eksisi luas. Pada eksisi luas, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan di sekitar tumor yang berupa pseudo-kapsul atau jaringan yang bereaksi di luar tumor. Tindakan eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan pemberian kemoterapi atau radioterapi pada pra/pasca operasi
4)      Operasi radikal. Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambah dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai satu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota gerak di atasnya dan disertai pengeluaran sendi di atasnya.
b.      Bone Graft
Bone graft atau cangkokan tulang adalah tulang yang dicangkokkan dari satu bagian kerangka lain untuk membantupenyembuhan, memperkuat atau memperbaiki fungsi tulang. Bahan yang digunakan dalam cangkok tulang dapat berasal dari tubuh pasien, dari donor atau dari buatan manusia. Dalam banyak kasus, bone graft digunakan untuk mengisi ruang kosong yang mungkin telah dibuat dalam atau antara tulang tulang belakang oleh penyakit, cedera, cacat atau selama prosedur bedah seperti fusi tulang belakang.
Cangkokan tulang yang ditransplantasikan langsung dari satu bagian kerangka tulang individu itu sendiri disebut cangkokan tulang autogenous atau tulang autografts. Dalam kebanyakan kasus, cangkokan tulang ini lebih banyak digunakan. Graft tulang diambil dari tulang pinggul, tulang rusuk atau kaki. Tulang autograft adalah salah satu yang paling aman untuk digunakan karena resiko rendah penyakit transmisi. Ini juga menawarkan kesempatan yang lebih baik penerimaan dan efektivitas dalam transplantasi situs, karena mengandung sel-sel dan protein dari tubuh pasien itu sendiri.
Cangkokan tulang yang berasal dari donor disebut tulang allograft. Tulang allograft biasanya diambil dari cadaver. Jenis tulang allograft digunakan untuk operasi tulang belakang. Tulang dibersihkan dan didesinfeksi untuk mengurangi kemungkinan transmisi penyakit dari donor. Tidak seperti tulang autograft, tulang allograft tidak selalu memiliki sifat kekuatan yang sama atau sel-sel dan protein yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang baru.
c.       Tindakan keperawatan
1)      Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2)      Mengajarkan mekanisme koping yang efektif.
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3)      Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)



10.  Prognosis
Pada permulaannya prognosis osteoblastoma adalah buruk, five years survival rate-nya hanya berkisar antara 10-20%, belakangan ini dengan terapi ajuvan berupa kemoterapi yang intensif, maka five years survival rate menjadi lebih baik, mencapai 60-70%, bahkan ada yang mencapai 100%.
Berkat kemoterapi pra bedah maka tindakan amputasi juga sudah jauh berkurang. Sekarang di pusat-pusat pengobatan tumor/kanker tulang yang lengkap, lebih sering dilakukan tindakan limb salvage
 
B.     Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien: Nama, alamat, umur, jenis kelamin dll
b.      Riwayat kesehatan
1)      Nyeri, biasanya meningkat beratnya dengan seiring bertambahnyawaktu
2)      Pembengkakan
3)      Atrophy daerah yang terkena
4)      Ketika osteoblastoma terjadi di tulang belakang:
a)      Nyeri scoliosis
b)      Otot kejang
c)      Keterbatasan rentang gerak
c.       Beri saran kepada pasien untuk membicarakan masalah dan perjalanan gejala. Perhatikan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakit dan proses penyakit, koping terhadapmasalah, dan penatalaksanaan nyeri.
d.      Palpasi massa dengan lembut saat melakukan pemeriksaan fisik. Perhatikan ukuran danpembengkakan jaringan lunak yang berkaitan, nyeri, dan nyeri tekan.
e.       Kaji status neuromuskuler dan rentang gerak ekstremitas.
f.        Evaluasi mobilitas dan kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan penekanan pada jaringan sekitarnya.
b.      Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot.
c.       Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
d.      Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan input yang kurang
e.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tetang tanda dan gejala penyakit.

A.     NCP
NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Nyeri akut yang berhubungan dengan spasme otot ditandai dengan klien mengeluh nyeri mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan criteria hasil klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana
1.      Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku).
1.      Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi
2.      Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
2.      alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera
3.      Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik

3.      Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama
4.      Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
4.      diberikan untuk menurunkan nyeri
2
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan


setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan criteria hasil klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri

1.      Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada
1.      sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya
2.      Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakan

2.      latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah
3.      Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3.      kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
 (Berikan komentar anda)

  
            Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda juall. 2001. DokumentasiAsuhanKeperawatanEdisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. BukuSakuPatofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. RencanaAsuhanKeperawatanpedomanuntukperencanaankeperawatanpasien.Edisi3 .Jakarta : EGC.
Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999.
RencanaAsuhanKeperawatanOnkologi. Jakarta : EGC.
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/oleh-y.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar