SARKOMA
KAPOSI
A.
PENGERTIAN
Sarkoma
Kaposi adalah kanker yang berasal dari pembuluh darah, biasanya pada kulit.
Sarkoma
Kaposi adalah tumor yang disebabkan oleh virus human herpesvirus 8 (HHV8).
Sarkoma
Kaposi pertama kali dideskripsikan oleh Moritz Kaposi, seorang ahli ilmu
penyakit kulit Hongaria di Universitas Wina tahun 1872. Sarkoma Kaposi secara
luas diketahui sebagai salah satu penyakit yang muncul akibat dari AIDS pada
tahun 1980-an.
B.
ANATOMI & FISIOLOGI
1.
Kulit
Kulit merupakan
pelindung tubuh beragam luas dan tebalnya. Luas kulit
orang dewasa adalah satu setengah sampai dua meter persegi. Tebalnya antara 1,5
– 5 mm, bergantung pada letak kulit, umur, jenis kelamin, suhu, dan keadaan
gizi. Kulit paling tipis pada kelopak mata, penis, labium minor dan bagian
medial lengan atas, sedangkan kulit tebal terdapat di telapak tangan dan kaki,
punggung, bahu, dan bokong.
Bagian-bagian Kulit Manusia
Kulit terbagi
atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis,
dermis atau korium, dan jaringan subkutan
atau subkutis.
Epidermis
Epidermis tersusun atas
lapisan tanduk lapisan korneum dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan
lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru.
Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan
germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar.
Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan
lapisan sel-sel pada lapisan korneum.Lapisan Malphighi mengandung pigmen melanin
yang memberi warna pada kulit.
Bagian dari Epidermis:
a. Lapisan
tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar yang
terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum
Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma berubah menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan
dan kaki.
c. Lapisan
granular atau stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa
biasanya tidak memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan
malpighi atau stratum spinosum. Nama lainnya adalah pickle cell layer
(lapisan akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan
besar berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena
mengandung banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat
letaknya ke permukaan bentuk sel semakin gepeng. Diantara sel terdapat jembatan
antar sel (intercellular bridges) terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Penebalan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil disebut nodus
bizzozero. Diantara sel juga terdapat sel langerhans.
e.
Lapisan basal atau stratum
germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar (palisade),mengadakan
mitosis dari berbagai fungsi reproduktif.
Dermis
Dermis
atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan.
Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas
terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan
dibagian bawah terjalin lebih lebih longgar
(pars reticularis). Lapisan pars retucularis
mengandung pembuluh darah, saraf, rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)
Jaringan
subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan
subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
tyerbanyak adalah liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf,
pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut
dan di lapisan atas jaringan subkutan
terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari
jaringan subkutan adalah penyekat panas,
bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.
FISIOLOGI KULIT
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
a.
Pelindung atau proteksi
Epidermis
terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan- jaringan tubuh di
sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh- pengaruh luar seperti luka
dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan
bakteri masuk ke dalam tubuh serta
menghalau rangsang-rangsang fisik
seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
b.
Penerima rangsang
Kulit
sangat peka terhadap berbagai
rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit,
suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi
c.
Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit
mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan
konstruksi pembuluh kapiler serta melalui
respirasi yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu
tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C.
Ketika terjadi perubahan pada suhu luar,
darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing.
Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai
organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
d.
Pengeluaran (ekskresi)
Kulit
mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan
melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai
pembentukan keringat yang tidak disadari.
e.
Penyimpanan.
Kulit
dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f.
Penyerapan terbatas
Kulit
dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama
zat-zat yang larut dalam lemak dapat
diserap ke dalam kulit. Hormon yang
terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi
lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut
dan masuk ke dalam saluran kelenjar
palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
g.
Penunjang penampilan
Fungsi
yang terkait dengan kecantikan
yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
2.
Sistem imun
Organ Yang Terlibat
Dalam Sistem Kekebalan Tubuh
a
Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada
semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang tersebar di
seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini
adalah sistem limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi
dalam sistem ini adalah limfosit.
Sistem limfatik ini
merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat manusia.
Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh,
nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik,
limfosit yang diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh
limfatik, serta cairan getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang
bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.
b
Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan kita.
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan kita.
c
Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin di
rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya memproduksi sel-sel
darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir. Pada
tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh
mem-butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai
memproduksi sel-sel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas
utamanya.
d
Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Keterampilan
limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah
merah dan trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada
ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal
limpa adalah organ kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam
kasus ini limpa mengembang supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan
trombosit. Limpa yang mengembang disebabkan oleh suatu penyakit juga
memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar.
C.
EPIDEMIOLOGI
Seperti yang dideskripsikan, sarkoma kaposi klasik adalah penyakit yang relatif lamban menyerang orang tua dari wilayah laut Tengah, atau keturunan Eropa Timur.
Sarkoma Kaposi endemik dideskripsikan belakangan pada orang Afrika muda, terutama dari Afrika Sub-Sahara, sebagai penyakit yang lebih agresif dan menyerang kulit, terutama anggota badan yang letaknya di bawah. Terdapat catatan bahwa penyakit ini tidak berhubungan dengan infeksi HIV.
Seperti yang dideskripsikan, sarkoma kaposi klasik adalah penyakit yang relatif lamban menyerang orang tua dari wilayah laut Tengah, atau keturunan Eropa Timur.
Sarkoma Kaposi endemik dideskripsikan belakangan pada orang Afrika muda, terutama dari Afrika Sub-Sahara, sebagai penyakit yang lebih agresif dan menyerang kulit, terutama anggota badan yang letaknya di bawah. Terdapat catatan bahwa penyakit ini tidak berhubungan dengan infeksi HIV.
Sarkoma Kaposi yang berhubungan dengan
transplantasi telah dideskripsikan, tetapi jarang terjadi sampai adanya
penghambat kalsineurin (seperti siklosporin, yang merupakan penghalang fungsi
sel T) untuk transplantasi organ. Pada tahun 1980-an, insiden tersebut
berkembang dengan cepat.
Sarkoma Kaposi endemik dideskripsikan
selama tahun 1980-an sebagai penyakit agresif pada pasien AIDS (HIV juga
menyebabkan kerusakan imunitas sel T). Penyakit ini 300 kali lebih mudah
menyerang pasien AIDS daripada pada resipien transplantasi ginjal.
Terdapat catatan bahwa HHV-8 menyebabkan
berbagai jenis Sarkoma Kaposi.
D. PENYEBAB
Pada penderita AIDS, penyakit ini terjadi akibat gangguan sistem kekebalan dan penelitian terakhir menyebutkan adanya kombinasi antara gangguan sistem kekebalan dengan sejenis virus herpes 8 (HHV8).
Pada penderita AIDS, penyakit ini terjadi akibat gangguan sistem kekebalan dan penelitian terakhir menyebutkan adanya kombinasi antara gangguan sistem kekebalan dengan sejenis virus herpes 8 (HHV8).
E.
PATOFISIOLOGI
Meskipun namanya adalah Sarkoma Kaposi,
namun, Sarkoma Kaposi bukanlah sarkoma yang sebenarnya, yang merupakan tumor
yang muncul dari jaringan mesensim. Sarkoma Kaposi muncul sebagai kanker
endothelium limfatik dan membentuk jaringan vaskular yang diisi dengan sel
darah, memberikan tumor ini karakteristik kemunculan seperti-luka memar.
Lesi Sarkoma Kaposi berisi tumor sel
dengan karakteristk bentuk memanjang yang tidak normal dan disebut sel spindle.
Tumor ini sangat bersifat vaskular, berisi pembuluh darah tebal yang tidak
normal, yang membocorkan sel darah merah pada jaringan yang mengelilinginya dan
memberikan tumor warna gelapnya. Peradangan disekitar tumor dapat menyebabkan
rasa nyeri dan pembengkakan.
Walaupun Sarkoma Kaposi dapat diduga
dari kemunculan lesi dan faktor resiko pasien, diagnosis dapat hanya dibuat
oleh biopsi dan pemeriksaan mikrosokop, yang akan menunjukan kehadiran sel
spindle. Deteksi protein viral LANA pada sel mengkonfirmasi diagnosis.
jangan lupa komentarnya
F. GEJALA
Terdapat 2 macam bentuk sarkoma Kaposi:
Terdapat 2 macam bentuk sarkoma Kaposi:
1. Sarkoma Kaposi Klasik adalah penyakit pada
usia lanjut, biasanya pada orang Eropa, Yahudi atau Itali.
Kanker tumbuh sangat lambat dan
jarang menyebar.
2. Sarkoma Kaposi Endemik adalah penyakit pada anak-anak dan pria muda
di Afrika dan pada penderita AIDS.
Kanker tumbuh jauh lebih cepat dan
seringkali melibatkan pembuluh darah pada organ dalam.
Pada pria usia lanjut, sarkoma Kaposi biasanya tampak
sebagai bintik ungu atau coklat tua di jari kaki atau tungkai. Kanker bisa
tumbuh sampai berukuran bebarapa sentimeter atau lebih, sebagai daerah berwarna
gelap yang mendatar atau agak menonjol, yang cenderung mengalami perdarahan dan
membentuk tukak. Kanker bisa menyebar
secara perlahan ke tungkai.
Pada orang Afrika dan pada penderita AIDS, kanker
biasanya pertama kali muncul sebagai bintik pink, merah atau ungu, yang
berbentuk lonjong atau bundar.
Bintik-bintik ini bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tetapi seringkali tumbuh di wajah.
Bintik-bintik ini bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tetapi seringkali tumbuh di wajah.
Dalam beberapa bulan bintik-bintik lainnya muncul di
beberapa bagian tubuh, termasuk mulut, juga pada organ dalam dan kelenjar getah
bening dan bisa menyebabkan perdarahan internal.
Luka KS berupa lesi dan noda yang berwarna-warni
merah, ungu, coklat, atau hitam. Luka tersebut biasanya ditemukan pada kulit,
walau bisa juga tersebar di tempat lain terutama mulut, gastrointestinal tract
dan saluran pernafasan. Pertumbuhan dari sangat lambat ke sangat cepat.
1.
Infeksi pada
Kulit
Umumnya terjadi pada
wajah, mulut dan kemaluan. Biasanya luka berbentuk seperti yang dijelaskan pada
gambaran klinis di atas, tetapi mungkin juga akan menjadi seperti plak (pada
telapak kaki), atau bahkan ikut terlibat dalam perusakan kulit dan kematian
jaringaan sel kulit. Terkait pembengkakan (edema/swelling) yang timbul, mungkin
berasal dari peradangan setempat atau lymphoedema. Lesi-lesi pada kulit
menjadikan penampilan fisik luar penderita menjadi jelek, dan menyebabkan
banyak efek yang berhubungan dengan psikososial.
2.
Infeksi pada
mulut
30% Lesi KS dalam mulut
bisa jadi bersamaan dengan infeksi candidiasis. Ini juga merupakan awal tanda
bagi 15% pengidap HIV untuk memasuki tahap AIDS yang juga mengidap KS. Dalam
mulut, langit-langit yang keras yang paling sering terkena, kemudian diikuti
pada gusi. Lesi di mulut dapat dengan mudah rusak oleh permen, makan atau
berbicara.
3.
Infeksi pada
gastrointestinal (saluran dan organ tubuh dalam manusia dari mulut sampai
usus).
Hal ini banyak terkait
dengan pasien pengidap AIDS, saat kekebalan tubuhnya sangat lemah. Luka pada
Gastrointestinal tidak terlihat atau menyebabkan kehilangan berat badan , rasa
sakit, mual / muntah, diare, pendarahan (dalam bentuk darah kental/berlendir
karena gesekan usus), malabsorption (ketidakmampuan usus menyerap nutrisi), dan
kesulitan buang air besar.
4.
Infeksi pada
Respiratory (saluran pernapasan)
KS pada respiratory
bergejala sesak nafas, demam, batuk, hemoptysis (batuk darah), sakit dada, atau
mungkin ditemukan melalui sinar x-ray di dada. Diagnosis biasanya dikonfirmasi
dengan bronchoscopy dan kadang dengan biopsied (biopsi).
G.
PEMERIKSAAN
1.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala-gejala dan hasil biopsi kulit.
2. Tes darah untuk mendeteksi antibodi
melawan virus herpes penyebab sarkoma Kaposi telah dikembangkan dan dapat
digunakan untuk menentukan jika pasien pada resiko transmisi infeksi pada
partner seksualnya, atau jika sebuah organ yang terinfeksi digunakan untuk
transplantasi.
3. Pemeriksaan fisik
H.
PENGOBATAN
Sarkoma Kaposi pada usia lanjut yang tumbuh lambat dan tidak disertai gejala lainnya, tidak memerlukan pengobatan sama sekali. Tetapi bintik yang terbentuk bisa diobati dengan pembekuan, terapi sinar X atau elektrokauterisasi (penghancuran jaringan dengan menggunakan jarum listrik).
Sarkoma Kaposi pada usia lanjut yang tumbuh lambat dan tidak disertai gejala lainnya, tidak memerlukan pengobatan sama sekali. Tetapi bintik yang terbentuk bisa diobati dengan pembekuan, terapi sinar X atau elektrokauterisasi (penghancuran jaringan dengan menggunakan jarum listrik).
Untuk
penderita AIDS dan bentuk kanker yang agresif, belum ada pengobatan yang sangat
memuaskan.
Kemoterapi dengan etoposid, vincristine, vinblastin, bleomycin dan doxorubicin memberikan
hasil yang mengecewakan.
Alfa-interferon dam
suntikan vincristine ke dalam
kanker bisa bisa memperlambat perkembangan penyakit.
Kaposi’s
sarcoma tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikurangi kekambuhannya selama
bertahun-tahun dan ini adalah tujuan untuk perawatan. Keganasan KS terkait
dengan kekurangan jumlah dan kekuatan imun tubuh. Memperbaiki imun tubuh dapat
memperlambat atau menghentikan perkembangan KS. Di 40% atau lebih pasien dengan
kaitan AIDS, Lesi KS akan layu/rontok setelah menjalani terapi antiretroviral
(ARV). Namun, dalam persentase tertentu dari pasien, Kaposi’s sarcoma bisa
berkembang lagi setelah beberapa tahun (walau tetap mengkonsumsi ARV). Hal ini
terutama jika HIV tidak sepenuhnya dapat ditekan. Pasien dengan beberapa luka
dapat diterapi dengan radiasi atau cryosurgery. Operasi pada umumnya tidak
dianjurkan karena Kaposi’s sarcoma dapat muncul kembali pada bekas luka.
Infeksi yang lebih luas atau penyakit yang mempengaruhi organ internal, umumnya
dirawat dengan terapi sistemik dengan Interferon alfa, liposomal anthracyclines
(seperti Doxil) atau paclitaxel.
I.
PENCEGAHAN
1. Jangan
berganti-ganti pasangan seks
2. Meningkatkan
personal hygine
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
a. Keterbatasan
rentang gerak pada area yang sakit
b. Perubahan
tonus, massa otot
2. Integritas
ego
a. Gejala
: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan dan kecacatan
b. Ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
3. Makanan
/ cairan
a. Mual/muntah
b. Anoreksia
c. BB
menurun
4. Neurosensori
Gejala : kebas,
kesemutan
5. Pernapasan
Sesak napas, batuk dan nyeri ketika bernapas
6. Eliminasi
Diare / susah buang air
besar
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan infeksi virus.
2. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi
3. Ketidakseimbangan
volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia, diare
4. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah, adanya
demam (respon infeksi)
5. Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
C. NURSING CARE PLAN
1. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan infeksi virus.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji
kulit setiap hari. Cata warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi
dan amati perubahan.
|
Menetukan
garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan
intervensi yang tepat
|
2.
|
Dorong
untuk ambulasi / turun dari tempat tidur jika memungkinkan
|
Menurunkan
tekanan pada kulit dari istirahat lama di tempat tidur
|
3.
|
Pertahankan
hygine kulit misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati
dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim.
|
Mempertahankan
kenersihan karena kulit yang kering dapat enjadi barier infeksi. Pembasuhan
menurunkan resiko trauma dermal pada kulit yang rapuh. Masase meningkatkan
sirkulasi kult dan meningkatkan kenyamanan.
|
4.
|
Berikan
obat-obatan topikal/ sistemik sesuai indikasi
|
Digunakan
pada perawatan lesi kulit
|
2. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Catat kecepatan/kedalaman
pernapasan, sianosis, penggunaan otot aksesori, ansietas dan munculnya
dispnea.
|
Takipnea, sianosis menunjukkan
kesulitan bernapas dan addanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan/intervensi medik.
|
2.
|
Tinggikan kepala tempat tidur
|
Membantu membersihkan jalan napas
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan mencegah komplikasi
pernapasan
|
3.
|
Auskultasi bunyi napas
|
Memperkirakan adanya perkembangan
komplikasi
|
4.
|
Berikan tambahan oksigen
|
Mempertahankan ventilasi efektif
untuk mencegah krisis pernapasan
|
3. Ketidakseimbangan
volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia, diare
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Pantau
tanda-tanda vital
|
Indikator
dari volume cairan sirkulasi
|
2.
|
Kaji
turgor kulit, membran mukosa dan rasa haus
|
Indikator
tidak langsung dari status cairan
|
3.
|
Pantau
pemasukan oral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
|
Mempertahankan
keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
|
4.
|
Berikan
cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV
|
Mungkin
diperlukan untuk mendukung/memperbesar volume sirkulas, terutama jika pemasukan
oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus
|
4. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah, adanya
demam (respon infeksi)
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Auskultasi
bising usus
|
Hipermotilitas
saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet atau makanan.
|
2.
|
Timbang
berat badan sesuai kebutuhan
|
Indikator
kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat
|
3.
|
Berikan
perawatan mulut yang terus menerus
|
Mengurangi
ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan mual/muntah, lesi oral, pebgeringan mukosa, dan halitosis.
|
4.
|
Pasang/pertahankan
NGT sesuai petunjuk
|
Mungkin
diperlukan untuk mengurangi mual/muntah atau untuk pemberian makan per
selang.
|
5. Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu
|
Mengindikasikan kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi.
|
2.
|
Berikan aktivitas hiburan
|
Memfokuskan kembali perhatian,
mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menaggulangi.
|
3.
|
Dorong pengungkapan perasaan
|
Dapat mengurangi ansietas dan
rasa takut sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa takut
|
4.
|
Berikan analgetik
|
Mengurangi nyeri.
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin,
Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar