I. Pengertian
- Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.
- Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.
- Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus..
II. Anatomi fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh paling
besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan
organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter
persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa
lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit merupakan suatu kelenjar
holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga
bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit
menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,
begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak
dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan
oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung
pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau
suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah
ke kulit, tekanan gas didalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit,
usia, keadaan vitamin dan hormone di kulit, perubahan dalam metabolism
sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis
kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas,
berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak
kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan
penyesuaiannya kepadafungsinya masing-masing. Kulit di daerah–daerah tersebut
berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan
berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa
yang ada di dalam lapisan kulitnya.
Struktur Kulit
Struktur kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan
jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)
jaNgan lupa komentarnya
1. Kulit Ari (epidermis)
Epidermis
merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai
bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak
tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke
dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
- Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih
banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk
ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein
yang tidak larut dalam
air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,
terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel
yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada
saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan
baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan
memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi
berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses
keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 – 50 hari, akibatnya
lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal,
timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran
melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru.
Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini
sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit
lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi
lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
- Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
- Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
- Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin
ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel
taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran
cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah
satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan
kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol, asam amino dan glutation.
- Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
2. Kulit Jangat
(dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi
tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan
otot penegak rambut (muskulus arektor pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada di
dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut.
Kelenjar palit yang menempel di saluran
kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut
kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat
membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm
dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat
di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh
serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan
ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan
berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing
saraf perasa memiliki fungsi
tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga
memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan
diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat
takut atau sangat tegang, otot
penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan
mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk
berdiri. Kelenjar palit yang menempel di kandung rambut memproduksi
minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi
minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut.
Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan
kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan
kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang
disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar
5,5. Sawar asam merupakan penghalang alami
yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur,
bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di
permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu
terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh
pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang
dapat membuat kulit berkerut
akan kembali ke bentuk semula
dan serat protein ini
yang disebut kolagen.
Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan
penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang
menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya
protein akan menyebabkan kulit menjadi
kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor
usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran
penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang
terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan
kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki
diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam
lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan
kelenjar palit.
a.
Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri
dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk
pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar
keringat dan lebih banyak
terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang
sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang
oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis
kelenjar keringat yaitu :
1)
Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairanjernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan
telapak kaki sampai ke kulit kepala.Jumlahnya di seluruh badan sekitar
dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam
pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang
tidak ada rambutnya.
2)
Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah
kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan
yang agak kental, berwarna keputih-putihan
serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali
sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara
kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin
jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari
kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh
dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit,
Kelenjar palit terletak pada
bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari
gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali
pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit
terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.
3.
Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Lapisan
ini terutama mengandung
jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau
penyangga benturan bagi
organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai
cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak
bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling
tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam
jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang
sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.
III. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus B hemolitikus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan
penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
IV.
Faktor Predisposisi
1. Higiene
yang kurang
2. Menurunnya
daya tahan Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas,
diabetes mellitus
3. Telah
ada penyakit lain di kulit.Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi
kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
V.
Klasifikasi
1.
Pioderma Primer
Infeksi terjadi
pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya biasanya satu
macam mikroorganisme.
2.
Pioderma Sekunder.
Pada kulit
telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan mengikuti
penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut
impetigenisata, contohnya: dermatitis impetigenisata, scabies impetigenisata.
Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen, krusta
berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional,
leukositosis, dapat pula disertai demam.
VI.
Bentuk Pioderma
Berbagai bentuk pioderma :
1.Impetigo
Impetigo
ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ). Terdapat 2 bentuk ialah impetigo
krustosa dan impetigo bulosa.
2.Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan
Staphylococcus aureus.
3.Furunkel/Karbunkel
Merupakan
radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada sebuah disebut
Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
4.Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya
disebabkan infeksi oleh Streptococcus.
5.Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
6.Erisipelas
Ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya
disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.
7.Selulitis
Etiologi,
gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratoriksama
dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan
dengan tanda-tanda radang akut.
8.Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama
dengan selulitis hanya ditambah insisi.
9.Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai
pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram,
oleh karena itu perlu dilakukan kultur.
II.
Tanda dan gejala
1.Demam / Panas
2.Adanya Nodul
3.Mual, Muntah
4.Krusta
5.Nyeri
6.Gatal-gatal
7.Radang
8.Papul dan Prustul
VIII. Patofisiologi
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan
folikulitis yang tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan
yang berat dapat disertai demam, malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai
empat hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses yang dapat diketahui
dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan
yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi
selulitis. Pada pasien Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan
hygiene yang jelek.
IX.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat
leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes
resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman
negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak
selalu sesuai dengan in vitro.
X.
Penatalaksanaan
1. Pada
pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan
sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin
G prokain dan semisintetiknya
a. Penisilin
G prokain,
Dosisnya 1,2
juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat
pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu
dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi
karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering
terjadi syok anafilaktik.
b. Ampisilin
Dosisnya 4x500
mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.
c. Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis
anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena
dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan
ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d. Golongan
obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini,
contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250
mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25
mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
2) Linkomisin
dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari.
Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x
300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20
mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk
pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping
yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah
ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin
karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit,
pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam
lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500
mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang
tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai
sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah
generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis
untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral),
sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3. Topikal
Bermacam-macam
obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti
mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan.
Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena
harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai
obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir
ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena
yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi
kulit.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PIODERMA
I. PENGKAJIAN
a. Data
subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah,
gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang
tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya.
b.
Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi
wajah meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup
diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka,
mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
2.
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
lesi kulit
3. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan
cara menangani kelainan kulit
6.
PK infeksi
7.
Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit
8. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
III. RENCANA KEPERAWATAN
1. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Hasil yang diharapkan : pasien dapat
mempertahankan integritas kulit
Rencana
tindakan keperawatan
a.
Kaji/catat ukuran atau warna,
kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Rasional
:
Memberikan
informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
b. Anjurkan pasien
untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
Rasional :
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah
komplikasi
c. Lindungi kulit
yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Rasional :
Maserasi pada kulit yang sehat dapat
menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer
d. Beri nasehat
kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan
pengolesan cream atau lotion
Rasional
Pioderma memerlukan air agar
fleksibelitas kulit tetap terjaga.
Pengolesan cream atau lotion untuk
mencegah agar kulit tidak menjadi
kasar,
retak dan bersisik
e.
Kolaborasi dalam pemberian obat
topical
Rasional
:
Mencegah
atau mengontrol infeksi
2.
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
lesi kulit
Hasil
yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi
Rencana
tindakan keperawatan :
a.
Kaji skala nyeri
Rasional
:
Perubahan
karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi
b.
Dorong ekspresi, perasaan tentang
nyeri
Rasional
:
Pernyataan
memungkinkan pengungkapan emosi dan apat meningkatkan mekanisme koping
c.
Ajarkan teknik relaksasi, distraksi,
massage, guiding imajenery
Rasional
:
Memfokuskan kembali pehatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis
d.
Berikan aktivitas terapeutik tepat
sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Rasional
:
Membantu
mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian
e.
Kolaborasi pemberian analgesik
sesuai indikasi
Rasional
:
Perubahan
metode untuk penghilangan nyeri
3. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan pruritus
Hasil yang diharapkan : kebutuhan
tidur pasien terpenuhi
Rencana
tindakan :
a.
Kaji tingkat tidur pasien
Rasional
Untuk
mengetahui kualitas tidur pasien
b.
Anjurkan pasien untuk menghindari
minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari
Rasional
:
Cafein
memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi
c. Anjurkan pasien
untuk melakukan gerak badan secara teratur
Rasional :
Memberikan efek yang menguntungkan
untuk tidur jika dilakukan pada sore hari
d.
Anjurkan melakukan hal-hal ritual
rutin menjelang tidur
Rasional
:
Tindakan
ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur
e.
Kolaborasi pemberian obat
antihistamin
Rasional
:
Memberikan
obat diharapkan pasien dapat tidur
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda,
Adi., et al. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Mansjoer, Arif., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed.III,Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, FKUI.
Menaldi,Sri Linuwih S. dan Wieke Triestianawati. Pioderma. Jakarta:Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FKUI / RSCM. Avalable at df+definisi+pioderma&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. Diakses tanggal 10 September 2009.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
Mansjoer, Arif., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed.III,Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, FKUI.
Menaldi,Sri Linuwih S. dan Wieke Triestianawati. Pioderma. Jakarta:Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FKUI / RSCM. Avalable at df+definisi+pioderma&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. Diakses tanggal 10 September 2009.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
http://joesmariantika.blogspot.com/2009/12/v-behaviorurldefaultvml-o_6163.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar