29 Apr 2012

Asuhan Keperawatan Pioderma


I. Pengertian
  • Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.
  • Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.
  • Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus..
II. Anatomi fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,   membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,   begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan    melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas didalam  darah kulit, penyakit-penyakit  kulit, usia, keadaan vitamin dan hormone di kulit, perubahan dalam metabolism sel   kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali  yang  berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepadafungsinya masing-masing. Kulit di daerah–daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda  pula  dalam  jenis  serta  banyaknya andeksa yang  ada  di  dalam lapisan kulitnya.

Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai   lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5_0efUOm9lpkhvR3b5ktsUWbDEPwfOZiwCimFCKDT5pWGgmWI0cCusyGR-o15c2CrVE5US16_kYg3I4bwiqwlLg7adpylHNNjuUB8c_n2bGC9V1EdVBfi8OkQ5EvyiT4xyTo_7gKpoJE/s400/kulit.jpg

 jaNgan lupa komentarnya
1.      Kulit Ari (epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk   diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian   epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1  milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,   dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat  erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke   dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
  1. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis yang  paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa   lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein   yang   tidak   larut   dalam   air   dan   sangat   resisten   terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini  dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai  sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 – 50 hari,   akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena  melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak    lagi  merata serta tidak  lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru.
Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi  lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
  1. Lapisan bening   (stratum lucidum) disebut juga  lapisan barrier, terletak tepat di  bawah     lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan    berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan     bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
  2. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk     kumparan yang mengandung  butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini  tampak paling   jelas   pada    kulit  telapak   tangan    dan telapak kaki.
  3. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel   yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma       berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya     bertaju. Setiap sel  berisi filamen-filamen kecil yang terdiri  atas  serabut protein. Sel-sel    pada lapisan taju normal, tersusun  menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah   permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel   halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam   salah satu tahap  mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
  1. Lapisan benih   (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas  sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis     dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme      demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel  tadi  bergeser ke lapisan-lapisan lebih   atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
2.      Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan      kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh   darah   dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit  yang menempel di  saluran kandung     rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit  melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk       ketebalan kulit.  Ketebalan rata-rata  kulit  jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat,  matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit  jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar.  Masing-masing   saraf   perasa   memiliki   fungsi   tertentu,   seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf   perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri   kita.   Jika kita mendadak menjadi sangat takut   atau   sangat   tegang,   otot penegak rambut   yang   menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk     berdiri. Kelenjar palit yang menempel di  kandung rambut memproduksi minyak untuk   melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara     kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan kulit,  minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut    acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. Sawar asam merupakan       penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya  jamur,  bakteri  dan berbagai  jasad renik  lainnya di  permukaan kulit.  Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang   dapat   membuat   kulit   berkerut   akan   kembali   ke   bentuk   semula dan   serat   protein   ini   yang   disebut   kolagen.   Serat-serat   kolagen   ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan   kulit   menjadi   kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan   kulit   berkerut   yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi   di  kulit  jangat  dapat   menimbulkan cacat   permanen, hal  ini disebabkan   kulit   jangat   tidak  memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a.       Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari  fundus  (bagian   yang   melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar   keringat   dan   lebih   banyak   terdapat   dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.   Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1)      Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairanjernih, yaitu keringat yang mengandung 95  – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari  metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan     dan   telapak kaki sampai ke kulit  kepala.Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter  keringat  dalam waktu 24  jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin  langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2)      Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting   susu,   pusar,   daerah   kelamin   dan   daerah   sekitar   dubur (anogenital)   menghasilkan   cairan   yang   agak   kental, berwarna keputih-putihan serta   berbau khas pada setiap   orang.   Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya   alkali   sehingga   dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil   baligh dan aktivitas kelenjar  ini dipengaruhi oleh hormon.
b.      Kelenjar palit,
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit  jangat  berdekatan dengan kandung     rambut terdiri  dari  gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada   telapak   tangan   dan   telapak   kaki,   kelenjar   palit   terdapat   di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.




Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar       sebasea  yang  bermuara  pada  saluran folikel   rambut. Pada    kulit  kepala,    kelenjar   palit   atau   kelenjar sebasea   menghasilkan   minyak   untuk   melumasi   rambut   dan   kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit  atau    kelenjar  sebasea  membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit  badan    termasuk pada bagian wajah, jika produksi  minyak dari   kelenjar   palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.




3.      Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Lapisan    ini  terutama   mengandung       jaringan   lemak,   pembuluh darah  dan  limfe,  saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan    kulit jangat.   Jaringan    ikat  bawah     kulit  berfungsi   sebagai bantalan     atau  penyangga      benturan   bagi   organ-organ    tubuh   bagian dalam,     membentuk      kontur  tubuh   dan   sebagai    cadangan    makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit   juga  menurun. Bagian   tubuh   yang   sebelumnya berisi  banyak lemak,    lemaknya    berkurang    sehingga     kulit  akan   mengendur serta makin kehilangan kontur.
III. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.
IV. Faktor Predisposisi
1. Higiene yang kurang
2. Menurunnya daya tahan Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes mellitus
3. Telah ada penyakit lain di kulit.Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
V. Klasifikasi
1. Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.

2. Pioderma Sekunder.
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya: dermatitis impetigenisata, scabies impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.
VI. Bentuk Pioderma
Berbagai bentuk pioderma :
1.Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ). Terdapat 2 bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
2.Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan Staphylococcus aureus.
3.Furunkel/Karbunkel
Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada sebuah disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
4.Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus.
5.Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.

6.Erisipelas
Ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.
7.Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
8.Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis hanya ditambah insisi.
9.Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram, oleh karena itu perlu dilakukan kultur.
II. Tanda dan gejala
1.Demam / Panas
2.Adanya Nodul
3.Mual, Muntah
4.Krusta
5.Nyeri
6.Gatal-gatal
7.Radang
8.Papul dan Prustul
VIII. Patofisiologi
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam, malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.




IX. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
X. Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a. Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b. Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c. Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.




ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PIODERMA
I. PENGKAJIAN
a. Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b. Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit
6. PK infeksi
7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


III. RENCANA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Hasil yang diharapkan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit
Rencana tindakan keperawatan
a. Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Rasional :
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
b. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
Rasional :
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
c. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Rasional :
Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer
d. Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion
Rasional
Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga.
Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi
kasar, retak dan bersisik
e. Kolaborasi dalam pemberian obat topical
Rasional :
Mencegah atau mengontrol infeksi
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
Hasil yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi
Rencana tindakan keperawatan :
a. Kaji skala nyeri
Rasional :
Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi
b. Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri
Rasional :
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan apat meningkatkan mekanisme koping
c. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery
Rasional :
Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis
d. Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Rasional :
Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional :
Perubahan metode untuk penghilangan nyeri
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Hasil yang diharapkan : kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat tidur pasien
Rasional
Untuk mengetahui kualitas tidur pasien
b. Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari
Rasional :
Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur
Rasional :
Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari
d. Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur
Rasional :
Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur
e. Kolaborasi pemberian obat antihistamin
Rasional :
Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adi., et al. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, Arif., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed.III,Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, FKUI.
Menaldi,Sri Linuwih S. dan Wieke Triestianawati. Pioderma. Jakarta:Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FKUI / RSCM. Avalable at df+definisi+pioderma&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. Diakses tanggal 10 September 2009.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
http://joesmariantika.blogspot.com/2009/12/v-behaviorurldefaultvml-o_6163.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar