1.
Pengertian
Mola Hidatidosa ialah
suatu kemahilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan
hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian
disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedang bila disertai janin atau
bagian dari janin disebut mole parsialis atau partial mole. Pada umumnya
penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya
yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma.
2.
Etiologi
Belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa teori menyatakan bahwa adanya pembuahan sel telur
dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sprema yang
mengandung 23 x (haploid) kromosom, kemudian membelah menjadi 46 xx, sehingga
mola hidatidosa bersifat homozygote.
3.
Tanda dan Gejala
Gejala awal tidak
berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dll. Hanya saja
derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat
sehingga pada umumnya [perkembangan uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Tanda pasti kehamilan seperti ballottement dan denyut jantung janin tidak
ditemukan.
Perdarahan merupakan
gejala utama, oleh karena itu, umumnya penderita mengalami anemia. USG sangat
membantu dalam diagnosis.
Secara makroskopik,
mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
millimeter sampai satu atau dua sentimeter.
Gambaran histopatologik
yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma villi, tidak ada pembuluh
darah pada villi dan proliferasi sel-sel trofoblas, sedangkan gambaran
sitogenetiknya pada umumnya berupa xx
46.
4.
Pemeriksaan Diagnostik
Darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
5.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan
mola adalah evakuasi dan evaluasi.
a.
Setelah diagnosis ditegakaan,
harus segera dilakukan vakum kuret.
b.
Pemeriksaan tindak lanjut setelah
kuretase perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah
molahiatidosa. Kadar HCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuratase. Kadar
yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pasca kuretase menunjukan masih
terdapat trofoblas aktif.
c.
Penundaan kehamilan sampai 6 bulan
setelah kadar beta HCG normal.
d.
Mola hidatidosa dengan resiko
tinggi harus diberikan kemoterapi.
6.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui
masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.
Biodata
Mengkaji identitas klien dan
penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b.
Riwayat keperawatan
1)
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
2)
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
3)
Riwayat kesehatan sekarang yaitu
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan.
4)
Riwayat kesehatan masa lalu
5)
Riwayat pembedahan : Kaji adanya
pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
6)
Riwayat penyakit yang pernah dialami
: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin dan
penyakit-penyakit lainnya.
7)
Riwayat kesehatan keluarga : Yang
dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
8)
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji
tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
9)
Riwayat kehamilan , persalinan dan
nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
10)
Riwayat seksual : Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
11)
Riwayat pemakaian obat : Kaji
riwayat pemakaian obat- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
c.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji
mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
1)
Inspeksi
adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2)
Palpasi
adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu
pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan
tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3)
Perkusi
adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk
lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks
kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4)
Auskultasi
adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
7.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
c.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri
d.
Gangguan rasa nyaman : hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
e.
Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
f.
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah
g.
Risiko terjadi infeksi berhubungan
dengan tindakan kuretase
h.
Risiko terjadinya gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
8.
Intervensi Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
Tujuan :
Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Ekspresi wajah tenang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala
nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
2)
Observasi tanda-tanda vital tiap 8
jam
Rasional :
Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu
indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien
3)
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi
Rasional :
Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
4)
Beri posisi yang nyaman
Rasional :
Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri
5)
Kolaborasi pemberian analgetik
6)
Rasional :
Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan
b.
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
Kebutuhan personal hygiene
terpenuhiü
Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi :
1)
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi
rawat diri
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri
sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
2)
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
3)
Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
4)
Anjurkan keluarga klien untuk selalu
berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien
5)
Rasional :
Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri
c.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu Kriteria Hasil :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1)
Kaji pola tidur
Rasional :
Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi
selanjutnya
2)
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
3)
Anjurkan klien minum susu hangat
sebelum tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
4)
Batasi jumlah penjaga klien
Rasional :
Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat
dikurangi sehingga klien dapat beristirahat
5)
Memberlakukan jam besuk
Rasional :
Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
6)
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
d.
Gangguan rasa nyaman : hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
1)
Pantau suhu klien, perhatikan
menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnose
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnose
2)
Pantau suhu lingkungan
Rasional :
Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal
3)
Anjurkan untuk minum air hangat
dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
4)
Berikan kompres hangat
Rasional :
Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu
tubuh
5)
Kolaborasi pemberian obat
antipiretik
6)
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hypothalamus
e.
Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang
penyakitnya
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional :
Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien
2)
Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
3)
Mendengarkan keluhan klien dengan
empati
Rasional :
Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan
4)
Jelaskan pada klien tentang proses
penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
5)
Beri dorongan spiritual/support
Rasional :
Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Evie.
2011. Askep Plasenta Previa. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012 dari
Fadlun
dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam.
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Mitayani.
2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta
: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar