21 Mei 2012

Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa

              1.         Pengertian
Mola Hidatidosa ialah suatu kemahilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedang bila disertai janin atau bagian dari janin disebut mole parsialis atau partial mole. Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma.

              2.         Etiologi
Belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori menyatakan bahwa adanya pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sprema yang mengandung 23 x (haploid) kromosom, kemudian membelah menjadi 46 xx, sehingga mola hidatidosa bersifat homozygote.

              3.         Tanda dan Gejala
Gejala awal tidak berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dll. Hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat sehingga pada umumnya [perkembangan uterus lebih besar dari usia kehamilan. Tanda pasti kehamilan seperti ballottement dan denyut jantung janin tidak ditemukan.
Perdarahan merupakan gejala utama, oleh karena itu, umumnya penderita mengalami anemia. USG sangat membantu dalam diagnosis.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai satu atau dua sentimeter.
Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel trofoblas, sedangkan gambaran sitogenetiknya pada umumnya berupa  xx 46.

              4.         Pemeriksaan Diagnostik
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

              5.         Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan mola adalah evakuasi dan evaluasi.
a.       Setelah diagnosis ditegakaan, harus segera dilakukan vakum kuret.
b.      Pemeriksaan tindak lanjut setelah kuretase perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah molahiatidosa. Kadar HCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuratase. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pasca kuretase menunjukan masih terdapat trofoblas aktif.
c.       Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar beta HCG normal.
d.      Mola hidatidosa dengan resiko tinggi harus diberikan kemoterapi.
              6.         Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.  Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.       Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b.      Riwayat keperawatan
1)        Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
2)        Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
3)        Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4)        Riwayat kesehatan masa lalu
5)        Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
6)        Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin dan penyakit-penyakit lainnya.
7)        Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
8)        Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
9)        Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
10)    Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
11)    Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
c.       Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d.      Pemeriksaan fisik, meliputi :
1)      Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3)      Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4)      Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. 

              7.         Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
d.      Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
e.       Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
f.        Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
g.       Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
h.       Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan

              8.         Intervensi Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Ekspresi wajah tenang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)      Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
2)      Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien
3)      Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
4)      Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri
5)      Kolaborasi pemberian analgetik
6)      Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan
b.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
Kebutuhan personal hygiene terpenuhiü
Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi :
1)        Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
2)        Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
3)        Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
4)        Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien
5)        Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu Kriteria Hasil :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1)      Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya
2)      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
3)      Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
4)      Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat
5)      Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
6)      Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.
d.      Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
1)      Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnose
2)      Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal
3)      Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
4)      Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh
5)      Kolaborasi pemberian obat antipiretik
6)      Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hypothalamus
e.       Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien
2)      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
3)      Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan
4)      Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
5)      Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.
 
      
DAFTAR PUSTAKA

Evie. 2011. Askep Plasenta Previa. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012 dari
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar